Minggu, 02 Oktober 2011

Acara Gendang Belek Adat Lombok

Gendang Beleq Lombok
Siapapun yang pernah berlibur ke Lombok, pasti sepakat bahwa pulau mungil yang terbujur di sebelah timur Bali ini sangat indah. Pantai-pantai berpasir putih, Gunung Rinjani dan keragaman hayati bawah laut di kawasan Pulau Moyo, semua kekayaan tersebut dimiliki oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Sesungguhnya, masih banyak lagi kekayaan yang dimiliki Lombok maupun NTB. Kebudayaan serta tradisi berbagai suku yang telah turun temurun di tempat ini, memiliki daya tarik yang wajib untuk dinikmati. Namun, berbagai tradisi itu sebagian besar hanya bisa Anda lihat pada momen tertentu. Misalnya dalam event budaya terbesar di NTB yakni, Bulan Apresiasi Budaya (BAB).

BAB adalah event budaya tahunan di Lombok dan mencakup seluruh NTB. Dan tahun ini digelar pada tanggal 16 Juli - 18 Agustus 2007 lalu di Mataram, Lombok, di saat high season alias ramainya kunjungan wisatawan di Lombok.

Sebuah Penyempurnaan

Gendang Beleq Lombok BAB sebenarnya mcrupakan pengembangan dan penyempurnaan dari acara yang sebelumnya dikenal dengan Pekan Apresiasi Budaya (PAB). Kalau sebelumnnya PAB hanya digelar selama seminggu lamanya, maka setelah berubah menjadi BAB, waktu pelaksanaan pun diperpanjang menjadi sebulan lebih. Perubahan ini dilakukan karena para tokoh budaya dan adat merasa bahwa waktu pelaksanaan yang sangat singkat, tidak cukup untuk mengakomodir partisipasi seluruh elemen masyarakat yang ada. Dengan waktu penyelenggaraan yang lebih lama, diharapkan manfaat dari event ini akan lebih terasa bagi masyarakat dan tentunya juga menjadi bonus tambahan untuk para wisatawan.

Berlangsung di kompleks kantor Gubernur, acara pembukaan BAB dikemas dalam Sebuah pawai budaya yang menarik. Selain Gubernur NTB H. Lalu Srinata dan jajarannya, hadir pula Dirjen Kebudayaan Seni dan Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Dr. Mukhlis Paeni yang membuka BAB secara resmi.

Dalam acara pembukaan, setiap kontingen tampil dengan keunikan serta kekhasan tradisi dan budaya masing-masing, yang diwujudkan dalam bentuk tari-tarian, prosesi pernikahan, permainan alat musik tradisional, permainan tradisional, dan lain sebagainya.

Tari Berejak yang dibawakan oleh anak-anak, tampil sebagai pembuka. Berasal dari permainan Bidanari (permainan anak yang dimainkan pada sore atau malam hari di saat bulan purnama), tarian ini menggambarkan kehidupan anak nelayan di pesisir pantai. Mereka bermain dengan riang dengan menirukan suara-suara khas para nelayan ketika berejok atau menangkap ikan di lautan. Tarian ini juga berisi nyanyian, pantun dan disisipkan lagu-lagu modern.

Gendang Beleq Lombok Tradisi khas Sasak Lombok yang juga ditampilkan dalam pawai budaya adalah Nyongkolan. Merupakan prosesi yang dilakukan oleh sepasang pengantin usai upacara perkawinan. Dengan mengenakan busana adat yang khas, pengantin dan keluarga yang ditemani oleh para tokoh agama, tokoh masyarakat atau pemuka adat beserta sanak saudara, berjalan keliling desa. Tradisi ini juga merupakan sebuah bentuk "pengumuman" bahwa pasangan tersebut sudah resmi menikah. Hingga saat ini, Nyongkolan masih tetap berlangsung dan kerap menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan di Mataram dan sekitarnya.

Lombok juga terkenal memiliki seni musik yang unik, dikenal dengan Gendang Beleq. Dalam parade budaya ini, kreasi musik dengan tabuhan gendang ini, dimainkan secara rembaq alias massal. Aksi para penabuh gendang yang mengenakan busana tradisional, menyatu dengan irama gendang. Atraksi langka lainnya yang bisa disaksikan adalah Berampok, sebuah bentuk permainan saat panen tiba.

Tradisi ini juga sebagai bentuk perayaan atas keberhasilan panen di Sumba Barat. Musik orkestra khas Lombok yang terdiri dari alat musik petik gambus, biola, suling dan gendang, mengalunkan nada khas atau Cilokak, Rudat (teater tradisional yang bernafaskan Islam) dan Kamput, merupakan orkestra yang dilengkapi kuda-kudaan dari kayu atau biasa disebut sebagai jaran kamput.

Kemeriahan di Senggigi

Maraknya pesta budaya NTB tak hanya terasa di Mataram, tapi juga di Pantai Senggigi. Event yang dikemas apik ini bernama Festival Senggigi dan dipusatkan di Senggigi Square. Pembukaan Festival Senggigi juga dimeriahkan dengan pawai budaya beberapa hari sebelumnya. Salah satu daya tarik utama dari festival Senggigi adalah pagelaran stick fighter atau Presean. Dilangsungkan setiap hari di Senggigi Square. Anda bisa menonton tinju tradisonal khas Lombok yang seru dan menegangkan.

Presean sendiri merupakan ajang untuk menunjukkan keberanian kaum pria suku Sasak. Pada tradisi ini, para petarung akan berduel secara head to head dan setiap petarung dibekali dengan ende (tameng) dan sebilah rotan. Keduanya akan berlaga dalam babak-babak yang sudah ditentukan.

Sama seperti tinju atau olah raga beladiri lainnya, jalannya pertarungan akan diawasi oleh Pakembar atau wasit. Aturan mainnya sangat sederhana namun unik. Petarung yang berhasil melukai bagian kepala lawannya terlebih dahulu, hingga meneteskan darah segar, maka dia akan dinobatkan sebagai pemenang. Suasana arena makin meriah dengan iringan musik gamelan selama pertarungan berlangsung.

Gendang Beleq Lombok Selain Presean, Festival Senggigi juga menyuguhkan aneka hiburan berupa tarian yang dipentaskan setiap malam. Para penari bukan hanya menampilkan berbagai keahlian mereka di atas pentas, tapi juga mengajak penonton atau wisatawan untuk ikut menari bersama di atas panggung.

Berburu aneka suvenir cantik khas Lombok selama penyelenggaraan Festival Senggigi, adalah waktu yang tepat. Anda bisa menyusuri otlet-otlet yang berjajar di sepanjang arena dan memilih ukiran, kain tenun serta souvenir khas lain yang memikat hati. Serunya aneka kerajinan tersebut ditawarkan dengan harga yang spesial. Menarik bukan?

Penyelenggaraan BAB di Mataram, Lombok, tentunya harus dipertahankan. Sebab, pagelaran ini tak hanya merupakan ajang berkumpul dan berkreasi seluruh seniman dan budayawan di NTB, namun juga merupakan sebuah wadah untuk mengekspresikan diri dan melestarikan budaya.

Event ini pun mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain menikmati saat-saat berlibur, wisatawan lokal bisa menjadikan event ini sebagai momen yang tepat untuk lebih mengenal dan memahami kebudayaan yang ada di negeri sendiri. Seiring dengan program "Kenali Negerimu, Cintai Negerimu" yang didengungkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Banyak kalangan yang juga berharap bahwa di masa mendatang penyelenggaraan BAB dapat lebih dikemas dengan lebih menarik dan lebih terpadu dengan program-program serupa. Agar masyarakat dan wisawatan bisa lebih menikmati setiap event yang disuguhkan, sekaligus mendatangkan hasil yang lebih maksimal.

Sumber: Majalah Tamasya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar